WELCOME!

Hello everybody...

Finally, jadi juga blog saya, meskipun terseok-seok karena gaptek, but most of all, saya sudah mulai.

Masih bingung euy, mau di isi apa nih, tapi yg pasti nantinya bakal terisi dg hal2 yang menarik, inspiratif dan layak untuk di share ke temen2 semua.

So, please kalo mau bantuin kasih ide supaya blog ini jadi lebih oke, silahkan...write something to my address.

Thank you so much,

YSI
Be Smart Be Wise

Monday, February 18, 2008

Ketika Pesta Usai

16 Pebruari 2008. Akhirnya, keraguan terkikis pelan-pelan. Mengumpulkan keberanian untuk datang ke sebuah pesta besar tidaklah mudah. Apalagi pesta sebuah komunitas milis sastra, (APSAS – Apresiasi Sastra).

Hujan yang tadinya akan menjadi alasan untuk mengurungkan niat berangkat, ternyata tidak muncul sejak pagi. Maka semesta pun seperti membisikkan panggilan mesra, menetapkan hati agar segera mengayun langkah.

Setelah menuntaskan acara sharing antara orangtua murid & guru di sekolah si bungsu, saya segera bersiap ke Jakarta. Buat saya, tidaklah sulit menemukan lokasi Gedung Summitmas Tower, karena saya sempat akrab dengan salah satu perusahaan yang berkantor di sana.

Setelah mendapat petunjuk dari pak satpam, saya langsung menuju ke Japan Foundation, tempat acara Ulang Tahun APSAS di gelar. Sambil mengisi buku tamu, saya menanyakan acara apa yang sedang berlangsung di dalam. “Bincang-bincang dengan Mas Adi Saptadji”, jawab panitia dengan ramah. Sebelum memasuki ruangan, saya sempat melihat beberapa partisipan sedang bertukar cerita sambil minum kopi.

*

Dominasi warna hitam itu terlihat sangat anggun. Dengan tata lampu yang sederhana namun tetap berkesan artistik. Temaram, begitulah pandangan pertama yang menyihir saya begitu memasuki ruangan. Kemudian, saya mengambil tempat di antara teman-teman lain yang duduk santai menyimak acara ngobrol dengan Mas Adi Saptadji.

Karena datang terlambat, maka saya harus rela menempati posisi agak di belakang. Meski pun sebenarnya tidak menjadi masalah karena acara di gelar ala ‘lesehan’ Jepang, sehingga tidak mempengaruhi pandangan ke arah stage. Apalagi didukung dengan sound system yang baik. Hanya saja, keinginan untuk mengambil gambar terpaksa harus diurungkan, karena dengan kamera digital ala ‘kadar’-nya, posisi saya duduk tentu kurang mendukung.

Seusai ‘talk show’ dengan Mas Aji, acara diteruskan dengan pertunjukan teater Pintu 310 STBA LIA Jakarta. Iwan S. (Bung Kelinci) selaku sang sutradara, mengarahkan artis-artisnya untuk melakonkan drama berjudul Matsumi yang diadaptasi dari novel Perempuan Kembang Jepun karya Lan Fang.

Pertunjukan yang di buka oleh 5 orang penari itu berhasil menuntun penonton untuk tersenyum, tegang, tertawa bahkan beberapa kali terdengar celetukan terlontar, pertanda bahwa penonton menyimak alur cerita.

Usai pementasan teater Pintu 310 ada monolog berjudul Cantik Itu Luka yang dibawakan dengan apik oleh Maya Sekartaji. Perempuan yang berprofesi sebagai dosen ini mampu menampilkan monolog yang di adaptasi dari novel Mas Eka Kurniawan dengan sangat pas, penuh penghayatan & memukau.

Tepuk tangan mengiringi Maya Sekartaji turun dari stage. Tapi acara belum selesai. Berikutnya adalah giliran diskusi mengenai novel terjemahan yang di sampaikan oleh Shiho Sawai, mahasiswi yang sedang mengambil doktoral di UGM, Yogyakarta. Pertanyaan pun banyak dilontarkan, hingga Mas Badri sang moderator sibuk membuat catatan dan rasanya waktu 1 jam masih ingin di perpanjang. Seru!

Sudah pukul lima sore, beberapa orang terlihat mulai meninggalkan ruangan. Tapi saya merasa sayang melewatkan suguhan sampai detik-detik terakhir. Pembacaan puisi oleh beberapa orang partisipan, membuat saya untuk pertama kalinya mengerti bahwa ternyata begitu banyak cara berbeda dalam menyampaikan puisi. Apalagi ketika Mas Yonathan Rahardjo di dakwa untuk ke depan, membawakan puisi ‘aneh’-nya.

Di penghujung acara ada pemberian penghargaan untuk pemenang lomba yang di gelar dalam rangka peringatan ultah APSAS ke-3 ini. Tidak ketinggalan pengundian door prize.

Tiga puluh menit menjelang pukul enam, acara ditutup dengan foto bersama. Usai sudah deretan acara yang tersusun dari pagi. Kemana pandangan mata ini hinggap, yang tertangkap adalah senyum dan tawa riang. Baik panitia yang telah sukses menuntaskan kerja keras mau pun sesama anggota milis yang saling berpamitan.

Tua muda berbaur. Senior dan junior tanpa jarak. Jabat tangan erat tergenggam. Dari situ lah harapan agar semangat untuk berkarya bisa tertular. Itu satu-satunya door prize yang saya bawa pulang. SEMANGAT!

Akhirnya saya tinggalkan Japan Foundation. Kembali ke habitat. Rumah.

APSAS, Sastra untuk SEMUA!

"Thank you Mas Badri, Mas Setiyo Bardono, Mas Titon Rahmawan. Thank you for being the inspiration..."